COVID-19 telah memberikan perubahan yang sangat besar terhadap kegiatan belajar mengajar. Di seluruh dunia, lebih dari 1 miliar pelajar baik di usia sekolah maupun perguruan tinggi, telah didorong untuk melakukan perubahan secara radikal pada implementasi teknologi pendidikan dalam waktu sekejap.
Institusi Pendidikan harus tergupuh-gupuh untuk mendesain ulang kegiatan pembelajaran bagi semua usia dari rumah. Sisi baiknya, Tekanan yang didapatkan baik secara individual, organisasi maupun masyarakat secara umum dalam menghadapi pandemi dan krisis kali ini justru dapat mempercepat proses perwujudan masyarakat industry 4.0.
Di masa sekarang, Pendidikan bukanlah lagi persoalan mentransfer pengetahuan secara eksplisit dari satu generasi ke generasi berikutnya. Berdasarkan OECD 2030 Future Education and Skills Project. “kita perlu untuk melihat kembali standar Pendidikan kita dengan suatu kerangka berpikir yang menggabungkan pengetahuan dengan keterampilan berpikir kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif.”
Hal ini tidak akan diperoleh hanya dengan mengubah proses pembelajaran yang dari papan tulis menuju papan virtual, dari kelas konvensional menuju kelas online, tidak pula dari seminar-seminar tradisional menuju zoominar yang tumbuh bagai jamur di musim hujan.
Kita perlu secara radikal mentransformasi cara kita belajar dan mengajar keterampilan sains dan teknologi yang selama ini dilakukan, dari pembelajaran satu arah dan berorientasi hafalan menuju pembelajaran yang bersifat personalisasi, mengedepankan keterampilan belajar secara mandiri dan berkelanjutan.
Meningkatkan Literasi Sains
Salah satu persoalan mendasar penyebab maraknya penyebaran covid 19 adalah rendahnya angka literasi sains di masyarakat. Beberapa bulan yang lalu, kebanyakan masyarakat yang tidak mendalami sains tidak terlalu peduli terkait perbedaan antara virus dan bakteri; antigen dan antibodi; DNA dan RNA; angka linear dan angka eksponensial. Istilah-istilah tersebut tidaklah begitu berarti dalam kehidupan sosial kita sehari-hari. Namun, di saat ini hampir semua hal yang berkaitan dengan covid 19 pasti akan berkaitan erat dengan istilah-istilah tersebut.
Ketidakmampuan masyarakat memahami urgensi istilah-istilah sains menjadikan mereka abai dan cenderung apatis terhadap pendekatan-pendekatan guna pengentasan covid 19. Sebelumnya pemahaman akan istilah biologi, medis dan epidemologis merupakan hal yang bersifat opsional bagi tiap orangnya. Sedangkan di masa krisis saat ini, sebagai langkah mengantisipasi dan mencegah penyebaran covid 19 sangat bergantung pada kesadaran kolektif bahwa pengetahuan terkait hal tersebut dapat berarti pilihan antara hidup atau mati, untuk diri maupun untuk orang lain.
Oleh karena itulah keterampilan terhadap sains, teknologi, engineering, dan matematika (STEM) menjadi sangat penting ditanamkan dalam penguatan literasi masyarakat, terlebih jika kita berharap dan berkeinginan untuk menghasilkan generasi yang siap menghadapi tantangan global dengan segala perubahannya yang tak terduga.
Tantangan Penguatan Literasi di Masa Pandemi
Bagaimanapun, hambatan pasti akan muncul dalam usaha melakukan perubahan, terlebih lagi jika perubahan yang dilakukan bersifat radikal dan spontan. Dari segi fasilitas, berdasar data OECD hanya 34% masyarakat Indonesia yang memiliki computer guna menunjang kebutuhan pendidikannya.
Bila kita persempit lagi dalam ranah NTB tentunya angka tersebut akan lebih kecil lagi. Melihat angka IPM kita yang masih berada di urutan 29, menjadi bukti masih sulitnya kita bersaing. Tentu kita optimis angka ini akan lebih baik kedepannya mengingat pertumbuhan laju IPM kita sebesar 1,25% pada tahun 2019 lalu dan tentu saja harus terus ditingkatkan kedepannya.
Bagi mereka yang memiliki akses teknologi mencukupi dan didukung dengan keterampilan serta literasi teknologi yang baik, terdapat bukti yang signifikan bahwa pembelajaran daring memberikan efektifitas belajar antara 25-60% lebih baik dan waktu belajar yang lebih sedikit dibandingkan kelas tradisional. Hal ini dikarenakan siswa mampu belajar sesuai dengan kapasitas diri mereka, mempelajari Kembali dan bahkan mengakselerasi pemahaman konsep yang mereka pilih.
Di lain sisi, hal di atas dapat menjadi boomerang bagi mereka yang rentan secara ekonomi dan literasi. Kita melihat kesenjangan yang cukup besar antara mereka yang terfasilitasi dengan mereka yang tidak. Dalam beberapa bulan terakhir, banyak ruang-ruang tamu, ruang keluarga, kamar dan setiap sudut ruang yang dapat diubah menjadi sudut-sudut kelas daring.
Bahkan terkadang kita dapat melihat kesenjangan yang nyata Ketika sesi online Bersama, dimana sebagian harus berdesak di petak rumah yang sederhana. Kesenjangan dalam memperoleh fasilitas belajar yang memadai di rumah masing-masing tentu dapat menjadi variabel penting dalam mempengaruhi kegiatan belajar mandiri di rumah.
Proses belajar mandiri pada anak usia dini dan sekolah dasar menjadi yang paling rentan terhadap kehilangan kesempatan belajar yang efektif. Di usia sekolah dasar, siswa diharapkan dapat membangun lingkungan dan keterampilan berpikir struktural. Hal ini memerlukan pendampingan ekstra dikarenakan anak-anak di usia ini mudah terdistraksi dan kehilangan konsentrasi belajarnya.
Oleh karenanya, peranan guru tetap sangat penting, disamping usaha dari para orang tua yang tentu saja mau tidak mau harus beradaptasi untuk meningkatkan kapasitas diri mereka dalam mendampingi buah hati guna hasil terbaik di masa depannya.
Persoalan lain yang muncul dalam penguatan literasi di masa pandemi ini adalah kesulitan dalam membaca. Ya, kita akan mengalami kesulitan dalam membaca walaupun sebenarnya ini adalah waktu yang tepat karena banyaknya waktu luang yang dimiliki. Tingkat kecemasan yang berlebih menjadikan alam bawah sadar kita sulit untuk fokus. Hal ini yang menyebabkan kita cenderung untuk memilih menikmati drama dan hiburan lainnya dibandingkan menghabiskan waktu untuk membaca.
Pengembangan Literasi Saat Ini untuk Masa Depan
Di dunia yang mengalami perubahan sangat cepat ini, di mana kita tidak dapat memperkirakan teknologi apa yang akan bermunculan di masa mendatang. Menjadi penting untuk mengajarkan kepada para siswa bagaimana cara belajar dan mengajar secara mandiri. bukan hanya dari segi pengetahuan tapi juga keterampilan, sikap dan nilai yang mampu menjadikan mereka membentuk citra diri pribadi yang siap berkompetisi di masyarakat global.
Gerakan literasi harus mencakup keterampilan abad 21 yang dideskripkan oleh OECD, yakni berupa literasi matematis, sains, digital, financial dan lainnya. Hal tersebut harus disertai pula dengan penanaman sikap dan keterampilan seperti berpikir kritis dan kreatif, rasa ingin tahu, Kerjasama, gotong royong, dan kesadaran akan perbedaan budaya.
Mengajarkan sains dan teknologi serta keterampilan dan kecakapan hidup di masa revolusi industri 4.0 ini menjadi begitu penting jika kita menginginkan anak-anak kita menghadapi tantangan dunia di masa mendatang. kita tidak bisa bergantung pada cara Pendidikan tradisional. Kita perlu regulasi yang kuat dan investasi yang serius di bidang pendidikan, sains dan teknologi untuk mengembangkan keterampilan abad 21 pada generasi muda dan mempersiapkan mereka mengubah masa depan menjadi lebih baik. (*)
Oleh: Syarifatul Mubarak, M.Pd Dosen Program Studi Tadris Kimia UIN Mataram
Sumber : https://lombokpost.jawapos.com