Pada bulan suci Ramadan, tiap tahunnya, para muslim di berbagai belahan bumi menuaikan puasa dari terbit matahari hingga terbenamnya selama satu bulan penuh. Di belahan bumi utara, beberapa tahun belakangan, Ramadan bertepatan dengan bulan-bulan datangnya musim panas.
Ramadan tahun ini bersamaan dengan datangnya musim semi, tepatnya diawali puasa pada 11 atau 12 Maret 2024. Rentang waktu puasa di berbagai negara dalam satu hari menghabiskan waktu 12 hingga 17 jam. Untuk umat Islam di Indonesia, kita biasa berpuasa selama 13 jam karena secara geografis berada di wilayah khatulistiwa.
Berbeda dengan para muslim di Eropa, bila di musim panas mereka akan berpuasa selama 19 hingga 22 jam, dengan datangnya musim, mereka berpuasa 12 sampai 17 saja sehari. Nah, dengan menahan lapar dan dahaga selama rentang lebih dari 11 jam tersebut, apakah puasa baik bagi tubuh dan bermanfaat untuk kesehatan? Berikut uraian hal yang terjadi bila kita berpuasa selama satu bulan.
Bagian Terberatnya Beberapa Hari Diawal
Dalam konteks medis, secara teknikal tubuh manusia tidak memasuki fase yang disebut “berpuasa” hingga kurang lebih delapan jam setelah konsumsi makanan terakhir. Fase puasa ini dimulai ketika proses penyerapan nutrisi oleh sistem pencernaan telah selesai dilakukan. Ketika masa delapan jam tersebut telah lewat, tubuh akan mulai mengambil cadangan glukosa yang tersimpan di hati dan otot untuk menjaga suplai energi tetap tersedia.
Selanjutnya, manakala cadangan glukosa dalam tubuh telah habis, lemak menjadi sumber utama untuk energi. Proses ini akan memberikan dampak penurunan berat badan, mengurangi kadar kolesterol dan meminimalkan risiko diabetes karena tubuh membakar lemak. Namun, penurunan arkadar gula darah dapat memicu perasaan lemah dan lesu.
Selain itu, kita mungkin juga mengalami gejala seperti sakit kepala, pusing, mual dan bau mulut – indikasi bahwa rasa lapar kita mencapai intensitas puncaknya.
Waspada Dehidrasi – Hari ke-3 sampai hari ke-7
Ketika tubuh kita mulai beradaptasi dengan puasa, lemak akan dipecah dan diubah menjadi gula darah. Maka, penting untuk mengisi kembali cairan yang hilang selama puasa dengan melakukan sahur dan iftar agar tidak mengalami dehidrasi akibat berkeringat.
Kita juga hendaknya memastikan bahwa asupan makanan cukup mengandung karbohidrat dan sedikit lemak sebagai sumber energi yang tepat. Pola makan yang seimbang dengan nutrisi seperti protein, garam, dan air juga sangat penting.
Tubuh Mulai Beradaptasi – Hari ke-8 sampai hari ke-15
Pada hari kedelapan hingga ke-15, kita akan merasakan peningkatan suasana hati saat tubuh beradaptasi sepenuhnya dengan puasa.
Dr Razeen Mahroof, Konsultan Anestesi dan Pengobatan Perawatan Intensif di Rumah Sakit Addenbrooke di Cambridge, menyoroti manfaat lain dari berpuasa. Dalam kehidupan sehari-hari, konsumsi kalori berlebih dapat mengganggu fungsi tubuh, namun puasa dapat membantu tubuh fokus pada penyembuhan dan melawan infeksi.
Proses Detoksifikasi – Hari ke-16 hingga hari ke-30
Pada paruh terakhir bulan Ramadhan, tubuh kita telah sepenuhnya beradaptasi dengan proses berpuasa. Organ-organ penting seperti usus besar, hati, ginjal, dan kulit akan mengalami masa detoksifikasi selama periode ini.
Menurut penjelasan Dr. Mahroof, pada tahap ini, fungsi organ-organ tersebut seharusnya sudah pulih dan kembali bekerja dengan kapasitas maksimal. kita mungkin akan merasakan peningkatan dalam kemampuan mengingat dan berkonsentrasi, serta memiliki lebih banyak energi untuk menjalani aktivitas sehari-hari.
Kesimpulannya, Puasa Baik untuk Kesehatan ?
Dr Mahroof mengiyakan bahwa puasa memang baik bagi kesehatan namun dengan catatan, sesuai dengan ketentuan.
Puasa terus-menerus tidak disarankan karena dapat berdampak negatif pada kesehatan tubuh, terutama dalam jangka panjang. Hal ini dapat menyebabkan tubuh beralih dari pembakaran lemak menjadi energi ke pembakaran otot, yang tidak sehat dan dapat membuat tubuh masuk ke dalam ‘mode kelaparan’.
Dr. Mahroof menyarankan agar kita menjalani puasa secara berkala di luar bulan Ramadan, atau yang biasa dikenal dengan diet 5:2. Diet ini melibatkan puasa selama dua hari dalam seminggu dan pada lima hari sisanya kita disarankan untuk mengonsumsi makanan sehat. Pola ini dapat menjadi pilihan yang lebih sehat daripada berpuasa maraton selama berbulan-bulan. Dengan menjalani diet 5:2, kita tetap dapat menjaga kesehatan tubuh kita tanpa harus mengorbankan asupan nutrisi yang penting.
Di sisi lain, puasa Ramadan, jika dilakukan dengan benar, dapat memberikan manfaat kesehatan yang signifikan. Dengan berpuasa Ramadan, kita dapat mengisi kembali persediaan energi setiap harinya, sehingga proses penurunan berat badan dapat berlangsung tanpa membakar jaringan otot. Hal ini menunjukkan bahwa baik puasa secara berkala maupun puasa Ramadan memiliki manfaat kesehatan yang berbeda, namun keduanya dapat membantu kita dalam menjaga kesehatan tubuh dan menurunkan berat badan dengan cara yang sehat.(*)