Para Kepala Madrasah sepulang dari Pelatihan Penguatan Kompetensi Kepala Madrasah (PKKM) Angkatan II merasa mendapatkan banyak pencerahan dan inspirasi baru. Kegiatan yang digelar pada 21 s/d 28 Nopember 2022 tersebut merupakan hasil Kerjasama Lembaga Pendidikan Ma’arif Jawa Timur dengan Balai Diklat Keagamaan Surabaya. Bertempat di Pusdiklat PWLP Ma’arif NU Jawa Timur yang berada di Kompleks UNSURI Surabaya. Kegiatan dengan pembiayaan mandiri ini diikuti oleh 40 peserta, terdiri dari : 20 Kepala RA, 16 Kepala MI, 2 Kepala MTs, 1 Kepala MA di lingkungan PC LP Ma’arif NU Trenggalek dan Kepala MINU KH. Mukmin Sidoarjo.
Selama satu minggu penuh, mereka mendapatkan berbagai materi pelatihan. Diantaranya : Literasi Digital, Pengembangan Madrasah Berdasarkan 8 SNP, Supervisi GTK, Teknik Analisis Manajemen, RKM dan Keuangan, Pengelolaan Sumberdaya, Pembelajaran Aswaja Ke-NU-an, Kepemimpinan dan Kewirausahaan serta Branding School.
Defi Surahman, salah satu peserta kegiatan, kepada maariftrenggalek.or.id mengungkapkan banyak hal menarik selama pelatihan berlangsung. Salah satunya saat proses diskusi kelompok pada hari ke- 6. Dimana Bu Ninik, Widyaiswara BDK Surabaya, mempersilahkan peserta untuk membagi diri ke dalam beberapa kelompok. Dimana syaratnya adalah dalam waktu singkat bagaimana supaya 3 wanita bisa mendapatkan pasangan 1 pria agar menjadi anggota kelompoknya. Tak ayal, upaya ibu-ibu untuk saling berebut pria idaman pun berlangsung. Pak Sururi, Kepala MI Sukowetan yang dikenal sebagai kyai fotogenik dan cerdas-jenaka itu pun menjadi incaran. Ibu Ninik Supriyati, S.Si., M.Pd langsung berkomentar : “Ternyata pada situasi darurat wanita itu super agresif.” Seketika, tawa lepas dan keriuhan pun menggema di seluruh ruangan.
Salah satu pembahasan diskusi kelompok pada materi Pengelolaan Sumberdaya Madrasah adalah menurunnya gairah belajar siswa. Defi yang diminta Kelompok I untuk presentasi, mengungkapkan bahwa gairah belajar yang menurun bukanlah murni kesalahan siswa. “Perlu kita ingat, bahwa anak belajar melalui keteladanan. Siswa dengan gairah belajar yang menurun, faktor pentingnya bisa jadi guru, orang tua, maupun kamad yang belum sepenuhnya mampu menjadi sumber inspirasi bagi siswa. Dalam kebijakan madrasah perlu upaya teknis, yakni bagaimana memungkinkan terjadinya proses peningkatan kompetensi melalui berbagi praktik baik pembelajaran secara berkelanjutan. Segmentasinya bisa tentang : pendalaman materi, metode, strategi maupun refleksi pembelajaran. Aspek mental-spiritual juga tidak boleh ditinggal. Misalnya : Sudahkah kita mempelajari hypnosis learning? Yakni pembelajaran dengan pemberian sugesti, membangkitkan kesadaran terdalam dari diri siswa untuk memperbaiki perilaku. Seberapa sering kita menghadiahkan Fatihah kepada para guru dan siswa? Seberapa tangguh kita menjalani laku tirakat dan riyadhah? Ini penting, karena kita sedang berada dalam peran meneruskan sanad juang, sanad ilmu dan sanad tradisi para ulama terdahulu,” tambah Kepala MI Plus Sunan Kalijaga tersebut.
Pelatihan yang menjadi keharusan bagi Kepala Madrasah ini, memang ditangani oleh para narasumber hebat. Baik dari Widyaiswara BDK Surabaya maupun para trainer PWLP Ma’arif Jawa Timur. Salah satunya adalah Dr. Mufarrihul Hazin, yang membahas Branding School. Beliau seorang motivator dan trainer pendidikan yang sukses menamatkan program Doktoral UNESA di usia 26 tahun. Menurutnya, Branding merupakan seni dan ilmu untuk mempengaruhi persepsi terhadap produk dan layanan. Yang terkenal adalah yang unik dan mampu menghadirkan perbedaan. Mantan Sekjen PP IPNU ini menambahkan, bahwa dalam memulai branding school, perlu memperhatikan visi madrasah. Yang sebaiknya tidak lebih dari 3 variabel. Darinya pengelolaan akan makin jelas, fokus dan mudah dalam mengukur tingkat keberhasilan.
Kegiatan Peningkatan Kompetensi Kepala Madrasah ini ditutup oleh Dr. Amin Hasan, Wakil Ketua PW LP maarif NU Jawa Timur pada Minggu pagi 27 November 2022. Dalam sambutannya beliau berpesan : “Berdasarkan hasil assessment, lebih dari 75% faktor keunggulan madrasah itu bergantung pada kepala madrasah. Guru hebat dimulai dari munculnya karakter pembelajar yang hebat, mereka itu dipimpin oleh Kepala Madrasah yang hebat, yakni para kepala Madrasah pembelajar. Mereka selalu haus akan ilmu, memiliki respect yang tinggi dan mau bersusah payah untuk memajukan madrasah”, tutupnya.
Perlu diketahui bahwa pelatihan penguatan kompetensi Kepala Madrasah (RA, MI, MTs, dan MA) merupakan salah satu bentuk implementasi atas PMA 58 tahun 2017, yang telah direvisi pasal 6 dalam PMA 24 tahun 2018.(*)